Batu
Apung (pumice) adalah hasil gunung
api yang kaya
akan silika dan mempunyai struktur porous, yang terjadi
karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di dalamnya pada
waktu terbentuk, berbentuk
blok padat, fragmen
hingga pasir atau bercampur halus
dan kasar.
Pumice terjadi bila
magma asam muncul ke permukaan dan
bersentuhan dengan udara
luas secara tiba-tiba.
Batuan ini terbentuk
dari magma asam
oleh aksi letusan
gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara,
kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai
batuan piroklastik.
Eksploitasi secara
umum dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak
membutuhkan peralatan yang khusus untuk
mendapatkannya. Kebanyakan batu apung
yang diperoleh dari penambangannya hanya
berupa batu apung
yang dipisah berdasarkan
ukurannya yang kemudian dijual
dengan variasi ukuran tersebut Teknik
Penambangan batuapung terdiri dari Eksplorasi, Penambangan dan Pengolahan.
Keterdapatan batu apung
di Indonesia selalu
berkaitan dengan rangkaian
gunung api Kuarter
sampai Tersier muda. Batu apung lebih banyak digunakan di
sektor industri.
Batu apung
dapat diaplikasikan dalam
sektor industri dan
sektor
konstruksi. Aplikasinya dalam sektor
industri cenderung memproduksi
barang-barang pelengkap, seperti cat,
plamur, dan semen.
Sedangkan pada sektor
konstruksi, cenderung menghasilkan
bahan baku bangunan, seperti agregar ringan beton.Perkembangan sector
industri dan konstruksi,
terutama di Negara-negara
maju, telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini mengakibatkan
segi permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat. Dari segi pemasokan,
produksi batu apung di Indonesia
sebagian besar berasal
dari daerah Nusa
Tenggara Barat dan
sisanya dari daerah ternate,
pulau Jawa dan
lain-lain. Sementara itu,
impor batu apung
dapat dikatakan tidak ada atau untuk kebutuhan di dalam negeri sudah
terpenuhi. Di Lombok Barat
sedikitnya ada 20
perusahaan pengololahan batuapung
yang tersebar di berbagai wilayah. Namun Saat ini penambangan batuapung
di Lombok Barat banyak menuai masalah,
terutama masalah lingkungan,
dimana sebagian besar penambangan dilakukan tanpa memiliki perijinan dan
tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Limbah batu
apung yang berasal
dari pengayakan batu
apung itu sendiri
telah merusak lingkungan. Hal
ini dikarenakan pembuangannya
pada lahan yang
masih produktif. Sehingga diperlukan
suatu usaha untuk menaggulangi
limbah tersebut. Salah satunya
yaitu dengan penggunaan
limbah batu apung sebagai
bahan bangunan, berupa batako, paving
blok, genteng beton,
beton ringan. Hal
ini dikarenakan selain
sebagai salah satu penggulangan
limbah batu apung,
juga menjadi salah
satu alternatif bahan bangunan yang ekonomis, serta peluang
lapangan kerja bagi masyarakat.
Definisi
Batu
apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang
terbuat dari gelombang berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai
batuan gelas vulkanik silikat. Batuan ini
terbentuk dari magma
asam oleh aksi
letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara,
kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai
batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi,
mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih
gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan
lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi
gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang
terdapat dalam batu apung adalah :
-Feldspar
-Kuarsa
-Obsidian
-Kristobalit
-Tridimit
Proses pembentukan
Pumice
terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luas
secara tiba-tiba. Buih
gelas alam dengan
gas yang terkandung
di dalamnya mempunyai
kesempatan untuk keluar
dan magma membeku
dengan tiba-tiba.Pumice umumya terdapat
sebagai fragmen yang
terlemparkan pada saat
gunung api dengan ukuran
dari kerikil sampai
bongkah. Pumice umumnya
terdapat sebagai lelehan
atau aliran permukaan, bahan lepas, atau fragmen dalam breksi gunung
api. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga
gasnya keluar. (gambar.3. jenis material piroklastika, menurut Fisher & Schmincke, 1984)
Pemanasan yang dilakukan pada obsidian dari
Krakatau, suhu yang diperlukan
untuk megubah obsidian menjadi
batu apung rata-rata 880 oC. Berat jenis obsidian yang semula 2,36
turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu mengapung didalam
air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulis.
Pumice berwarna putih abu-abu,
kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang yang bervariasi
baik berhubungan satu sama lain atau
tidak struktur skorious
dengan lubang yang
terorientasi. (gambar.4. Material gunung api produk letusan Vide Compotn, 1985)
Kadang-kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit atau
kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu
higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah.Kekuatan
tekan antara 30-20 kg/cm 2. Komposisi utama mineral silikat amorf. Jenis batuan
lainnya yang memiliki struktur
fisika dan asal
terbentuknya sama dengan batu
apung adalah pumicit,
volkanik cinter, dan
scoria. Sedangkan mineral- mineral yang terdapat dalam batu
apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.Didasarkan pada
cara pembentukan (desposisi),
distribusi ukuran partikel (fragmen) dan material
asalnya, endapan batu
apung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
-
Sub areal
-
Sub aqueous
-
New ardante, yaitu
endapan yang dibentuk
oleh pergerakan ke
luar secara horizontal dari
gas dalam lava,
yang menghasilkan campuran
fragmen dengan berbagai ukuran
dalam suatu bentuk matriks.Hasil endapan ulang (redeposit).
Dari metamorfosisnya, hanya
daerah-daerah yang relative
ada gunung api, akan mempunyai
endapan batu apung yang ekonomis. Umur geologi dari endapan-endapan ini
antara tersier sampai sekarang. Gunung
api yang aktif
selama umur geologi
tersebut antara lain pada jalur pinggiran laut Pasifik dan jalur yang
mengarah dari laut Mediteran ke pegunungan Himalaya kemudian ke India Timur.
Sifat-sifat batu apung
Sifat-sifat kimia batu apung adalah
sebagai berikut:
a. Komposisi kimianya:
SiO2 : 60,00 – 75,00%
Al2O3 : 12,00 – 15,00%
Fe2O3 : 0,90 – 4,00%
Na2O :
2,00 – 5,00%
K2O : 2,00 –
4,00%
MgO : 1,00
– 2,00%
CaO : 1,00 - 2,00%
Unsur lainnya : TiO2, SO3, dan Cl.
b. Hilang pijar (LOI atau loss of
ignition) : 6%
c. pH : 5
d. Berwarna terang
e. Mengandung buih yang terbuat dari
gelembung berdinding gelas.
f. Sifat fisika:
Bobot isi ruah : 480 – 960 kg/cm3
Peresapan air : 16,67%
Gravitasi
spesifik:0,8 gr/cm3
Hantaran suara : rendah
Rasio kuat tekan
terhadap beban : Tinggi
Konduktifitas panas : rendah
Ketahanan
terhadap api : s.d 6 jam
Selamat sore bapak/ ibu saya mau tanya apabila di daerah perkampungan di bangun industri yg berbahan baku batu apung adakah bahaya yg terjadi nantinya..? Baik itu udara sekitar atau tekstur tanah nantinya....mohon bantuan sherenya pak / ibu terima kasih.
BalasHapusASALKAN PROSES TAHAPAN PRODUKSI SESUAI DENGAN SOP YANG SUDAH ADA SEHINGGA DAPAT MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN.
HapusKeren
BalasHapusSelamat malam, saya ingin tau di jawa tengah penghasil batu apung dimana ya.terima kasih
BalasHapusSy ada batu apung berwarna merah. Jika ada yg minat bisa Wa 081217694156
BalasHapus