Volcano

Belajar Geologi

Collumnar Jointing

Belajar Geologi

Danxia Landform

Belajar Geologi

Pendakian Merbabu

Belajar Geologi

Pumice

Belajar Geologi

Analisa Cekungan

Belajar Geologi

Endapan Epitermal

Belajar Geologi

Mikrodiorit

Belajar Geologi

Senin, 24 Desember 2012

cara pembacaan kompas


Cara penggunaan dan pembacaan kompas
Membaca Arah
            Arah yang dimaksud adalah arah titik tempat berdiri ke tempat yang dibidik atau dituju.
            Langkah-langkah:
- Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang atau dada.
- Kompas dibuat level (Horizontal) dan dipertahankan selama pengamatan.
- Cermin dibuka  ±135° dan menghadap kedepan. Sighting arm dibuka horizontal
dan peep ditegakkan.           
- Badan diputar sedemikain rupa sehingga titk atau objek benda yang dimaksud tampak dicermin berhimpitan segaris dengan seghting arm dan garis tengah pada cermin.
- Membaca kompas, dengan melihat lingkaran pembagian derajat, hasil bacaan tersebut dapat dicatat.
- Menuliskan hasil bacaan arah : N........°E.
Membaca Jurus (Strike)
            Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
-   Kompas tempelkan pada bidang kemiringan dengan posisi mendatar dan East kompas menempel pada bidang kemiringan.
-   Tutup kompas dibuka lebar dan sightinm arm dibuka horizontal tegak lurus dengan arah kemiringan.
-   Nivo lingkaran diatur hingga level ( horizontal) dan gelembung udara tepat berada ditengah.
-   Tekan kleam pengunci, agar nilai bacaan tiidak berubah-ubah
-   Membaca kompas dengan melihat skala bacaan lingkaran pembagian drajat.
   Membaca Kemiringan( Dip )
            Langkah- langkah yang harus diperhatikan adalah:
-   Kompas diletakkan vertikal pada bidang kemiringan dengan kedudukan West kompas menempel pada bidang kemiringan.
-   Tutup kompas dibuka ± 45° dan sighting arm dibuka horizontal sejajar dengan bidang kemiringan.
-   Jika sighting arm kearah “turun” berarti membaca sudut “DIP”. Jika sighting arm kearah menuju “naik” brarti membaca sudut elevasi.
-   Nivo tabung diatur dengan memutar “klino” yang berada dibelakang kompas, sehingga gelembung udara tepat pada barada ditengah.
-   Membaca kompas dengan melihat skala bacaan sudut bacaan kemiringan pada “klinometer”.

Membaca Arah Kemiringan
                        Langakah-langkah yang harus diperhatiakan adalah:
-   Kompas tempelkan pada bidang kemiringan dengan posisi mendatar dan south kompas menempel pada bidang kemiringan
-   Tutup kompas dibuka secukupnya dan singting arm dibuka horizontal searah dengan bidang kemiringan.
-   Nivo lingkaran diatur hingga level dengan gelembung udara tepat berada ditengah.

-   Tekan klem pengunci, agar nilai bacaan tidak berubah-ubah

Sabtu, 22 Desember 2012

Petrologi


PETROLOGI
            Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang berarti batu dan kata “ logos “ yang berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan. Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan, secara luas mempelajari asal , kejadian ,sejarah dan sejarah batuan.
            Batuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.      Batuan beku
2.      Batuan sendimen
3.      Batuan metamorf
Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang sejenis maupun tidak sejenis yang terbentuk secara alami. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Batuan penyusun kerak bumi terbagi menjadi tiga, yaitu :
Ø  Igneous Rock ( Batuan Beku )
Ø  Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen )
Ø  Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf )
Kejadian dan sifat batuan ditentukan oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau keadaan mineralnya satu sama lain.
Ø  Igneous Rock ( Batuan Beku ), terbentuk dari magma yang asalnya dari dalam bumi yang naik menuju permukaan dan membeku sebagai batuan yang padat pada titik beku nya.
Ø  Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen ), terbentu dari hasil pengumpulan dankompaksi dari :
a.       Fragmen- fragmen dari batuan sebelumnya yang telah lepas dan mengalami erosi ( pengikisan ) dan tertransportasi.
b.      Bahan- bahan organic, cangkang binatang, atau sisa tanaman.
c.       Bahan-bahan terlarut air atau air tanah yang terendapkan, pada kondisi yang jenuh.
Ø  Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf ), terbentuk dari batuan apa pun yang sudah ada sebelumnya, terubah karena adanya kenaikan temperature ( T ) dan tekanan ( P ) atau keduanya, perubahan ini menghasilkan sifat yang berbeda dari batuan asalnya baik kenampakan tekstur ataupun komposisi mineralnya.

ü  Batuan Beku
1.1  Dasar Teori
            Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair,pijar,bersifat mudah bergerak yang di kenal dengan magma.Penggolongan batuan beku dapat di dasarkan pada berbagai hal,seperti ganesanya,senyawa kimianya,mineraloginya atau tempat terbentuknya.
            Menurut tempat terbentuknya,batuan beku dapat di bagi atas :
1.      Batuan Ekstrusi,terdiri dari semua material yang di keluarkan ke permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan air laut.Material ini membeku dengan cepat sehingga Kristal yang dihasilkan berukuran halus.
2.      Batuan Intrusi, sangat berbeda dengan batuan vulkanik.Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat terbentuknya dari kedua jenis batuan ini.Terdapat tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku,bentuk dasar dari geometri adalah :
a.      Bentuk tidak beraturan, pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan bumi. Terdiri dari tiga bentuk yaitu : Pluton, Batholit, dan stock.
b.      Intrusi berbentuk tabular, memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu Dike (retas) mempunyai bentuk diskordan dan sill mempunyai bentuk konkordan, Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari batuan induk. Sedangkan sill adalah lempengan batuan beku yang di intrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa km. Variasi dari sill adalah lakolit, yaitu bentuk batuan beku yang menyerupai sill akan tetapi perbandingan ketebalan jauh lebih besar di bandingkan dengan lebarnya dan bagian atasnya melengkung. Sedangkan lopolit adalah bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya melengkug karena batuan dibawahnya lentur.
c.       Tipe ketiga dari tubuh intrusi relative memiliki tubuh kecil, hanya pluton-pluton diskordan. Bentuk yang khas dari group ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunung api tua, buasa di sebut vulkannek (teras gunung api).  
Pemerian batuan  beku
            Dalam melakukan pendeskripsian batuan terhadap batuan beku, perlu diamati mengenai hal-hal sebagai berikut:
A.    Stuktur
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air ( laut ), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku adalah:
a.       Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b.      Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
c.       Join, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
d.      Vesikuler, merupakan struktur batuan ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
e.       Scoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnya)
f.       Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeloid, karbonat dan bermacam silica.
g.      Xenoliths, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma yang menerobos.
h.      Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
B.     Tekstur
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan massa gelas yang membentuk massa merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Tekstur batuan beku dapat menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), kemas (fabric), granularitas.
a.          Derajat kristalisasi (degree of crystallinity)
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa Kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1.      Holokristalin        : Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa Kristal.
2.      Holohyalin           : Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa gelas.
3.      Hypokristalin       : Apabila batuan tersusun oleh massa Kristal dan gelas.
b.      Granularitas
   Glanularitas merupakan ukuran butir Kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2 kelompok ukuran butir, yaitu:
1.   Afanitik
  Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu Kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa Kristal, massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila Kristal individu dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan dikatakan kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan menggunakan mikroskop.
2.   Fanerik
   Kristal individu yang termasuk Kristal fanerik dibedakan menjadi:
-       Halus, ukuran diameter rata-rata Kristal individu < 1 mm.
-          Sedang, ukuran diameter Kristal 1 mm – 5 mm.
-          Kasar, ukuran diameter Kristal 5 mm – 30 mm.
-          Sangat kasar, ukuran diameter Kristal  > 30 mm.
C.     Kemas
     Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan Kristal dalam suatu batuan.
1.      Bentuk butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam:
-    Euhedral: Apabila bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai bidang Kristal yang sempurna.
-    Subhedral: apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang Kristal yang sempurna.
-    Anhedral: Apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang Kristal yang tidak sempurna.
2.   Relasi
  Relasi merupakan hubungan antara Kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran dikenal:
1.      Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunya ukuran butir yang relative seragam terdiri dari
-          Panidioformik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral
-          Hipiodiomorfik gb granular, yaitu sebagian besar mineral nya berukuran relative seragam dan anhedral
-          Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral nya berukuran relative seragam dan anhedral
2.      Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama, antara lain terdiri dari :
-          Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana Kristal besar(fenoriks) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus
-          Vitroverik, apabila fenoriks tertanam dalam massa dasar berupa gelas
Tekstur khusus , adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan arah serta menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral – mineral  yang berbeda, terdiri dari :
a)Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama piroksen, disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
b)   Trakhitik, fenoriks sanidin dan piroksen tertanam dalam massa dasar Kristal sanidin yang relative tampak penjajaran dengan isian butir-butir piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
c)Intergranular, ruang  antar  Kristal-kristal plagioklas ditempati oleh Kristal-kristal piroksen , olivine atau biji besi.
D.    Komposisi Mineral
            Menurut Walker T. Huang ( 1962 ), komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu :
1)      Mineral utama
Mineral – mineral terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadiran nya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a.    Mineral felsik ( warna terang, densitas 2,5-2,7 ), yaitu :
-          Kuarsa (SiO2)
-          Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali ( K, Na ) AISi3O8 dan seri plagioklas. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, ortoklas, Anhortoklas, adularia, dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, aligoklas, andesine labradorit, bwonit, dan anortit.
-          Kelompok feldspartoid ( Na, K Alumina Silika ), terdiri dari nefelin, sodalit,leusit.
-          Kelompok feldspatoid ( Na, K Alumina Silika), terdiri dari nefelin, sodalit, leusit.
b.   Mineral Mafik ( warna gelap, densitas 3 -3,6 ), yaitu :
-          Kelompok olivine, terdiri dari fayalite dan forsterite.
-          Kelompok piroksen, terdiri dari enstite, hiperstein, augit, pigeonit diopsid.
-          Kelompok mika, terdiri dari biotitic, muscovit, plogopit.
-          Kelompok amphibole, terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,tremolit, aktinolit, glaukofan, dll.
2)      Mineral Sekunder
       Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat daril hasil pelapukan, hydrothermal maupun methamotfisme terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma ( non pirogenetik ). Mineral sekunder terdiri dari ;
a.       Kelompok kalsit ( kalsit, dolomit, magnesit, siderite ) ; dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
b.      Kelompok serpentin ( antigorit dan krisotil )  : umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
c.       Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
d.      Kelompok kaolin ( kaolin, hallosyte ) : umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku.
3)      Mineral tambahan ( accessory Mineral )
      Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah sedikit, apabila hadir dalam jumlah cukup banyak, tetap tidak mempengaruhi penanaman batuan, tetapi hal ini bisa mempunyai nilai ekonomis, termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit, dll.
E.     Klasifikasi dan Penanaman Batuan Beku
      Berbagai klasifikasi telah ditemukan oleh beberapa ahli, kadang-kadang satu batuan pada klasifikasi yang lain penanamannya berlainan pula. Dengan demikian seseorang petrolog harus bena-benar mengerti akan dasar penanaman yang diberikan pada suatu batuan beku. Klasifikasi batuan beku dapat dilihat, antara lain berdasarkan:
1.    Klasifikasi berdasarkan kimiawi
      Klasifikasi ini telah lama menjadi standart Geologi ( C.J. Hughes, 1962 ), dan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
a. Batuan beku asam : bila batuan beku mengandung lebuh dari 66 % SiO², biasanya berwarna cerah sampai putih. Misal : Granit, rhyolit.
b. Batuan beku intermediet : bila batuan beku mengandung 52% - 66% SiO², biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Misal : Diorit, Andesit.
c. Batuan beku basa : bila batuan beku mengandung 45% - 52% SiO², biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Misal : Gabro, Basalt.
d.    Batuan beku ultra basa : bila batuan beku mengandung kurang dari 45% SiO², biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Misal : Peridotit.
2.      Klasifikasi berdasarkan mineralogy
     Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafik dengan mineral felsik. S.J.Shand, 1943, membagi empat macam batuan, yaitu :
a. Leucromatic rock; bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafik
b.Mesocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 30% - 60% mineral mafic
c. Melanocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 60% - 90% mineral mafic
d.    Hipermelanuc rock; bila batuan beku tsb mengandung 90% mineral mafic.
Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empta golongan tekstur, yaitu :
1. Felsic, untuk batuan beku dengan indek warna kurang dari 10%
2. Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%
3. Mafic, untuk batuan dengan indeks warna 40% - 70%
4. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%

3.      Klasifikasi berdasarkan tekstru dan komposisi mineral
      Berdasarkan ukuran butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi dua yaitu batuan beku vulkanik dan batuan beku plutonik.
a.    Batuan plutonik
     Batuan plutonik adalah batuan yang terbentuk jauh dari permukaan dan memiliki ukuran butir besar dan bentuk butir nya Euhedral sampai Subhedral, hal ini disebabkan karena proses pembekuan yang terjadi adalah sangay lambat. Komposisi mineral nya adalah alakali feldspar, plagioklas, dan juga kuarsa. Contoh batuannya adalah granit, andesit, granodiorit, dan lain-lain.
b.   Batuan vulkanik
     Batuan vulkanik adalah batuan yang terbentuk dekat dengan permukaan atau bahkan diluar permukaan dan memiliki ukuran butir yang halus dan bentuk butirnya anhedral sampai subhedral, hal ini disebabkan karena proses pembekuan yang terjadi adalah sangat cepat. Komposisi mineralnya adalah fenokris kuarsa, biotit, plagioklas asam, dan lain-lain. Contohnya batuan basalt.

ü  Batuan metamorf
     Batuan metamorf  adalah batuan ubahan dari batuan yang sebelumnya ada, pada tekanan padat, akibat pengaruh suhu ( T ), dan tekanan ( P ), atau keduanya, dan larutan yang aktif secara kimiawi. Proses tersebut disebut “ metamorfisme “ yang berlangsung pada komdisi bawah permukaan.
Proses metamorfisme meliputi :
-          Rekristalisasi
-          Reorientasi
-          Pembentukan mineral baru, dari unsur yang telah ada sebelumnya.

    Berdasarkan pengaruh terbentuknya, proses metamorfisma dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. metamorfisma kontak adalah proses metamorfisma yang akan menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yang mempengaruhinya adalah berupa suhu tingg, dan biasanya terjadi disekitar tubuh batuan intrusi. Contohnyan hornfesl ( batu tanduk )
2. metamorfisma dinamik adalah proses metamorfisma yang menghasilkan batuan metamorf  dengan factor utama yang mempengaruhi adalah berupa tekanan tinggi. Batuan ini berupa setempat-setempat dan dapat dijadikan indikasi struktur geologi (cermin sesar). Contohnya batuan milonit.
3. matemorfisma regional adalah proses metamorfisma yang akan menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yag mempengaruhinya adalah berupa suhu dan tekanan yang tinggi. Contoh nya schist ( sekis ).

Batuan metamorf dapat dikenali berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral. Berdasarkan teksturnya, batuan metamorf terbagi menjadi atas dua bagian, yaitu batuan metamorf berfoliasi dan nonfoliasi.
a.       tekstur foliasi berasal dari kata foliatus ( daun ) atau berlembar-lembar. Tekstur ini disebabkan adanya orientasi kesejajaran penyususn mineral batuannya, tetapi haurs dibedakan dengan orientasi batuan sendimen, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan batuan metamorf berdasarkan kenampakkan tekstur batuan asalnya ( apakah masih terlihat atau tidak terlihat ) batuan metamorf dapat dibagi menjadi dua, yaitu kristobiastik dan palimpsest.
1.      kristoblastik, yaitu jika tekstur batuan tidak terlihat lagi. Dalam penanamannya digunakan akhiran blastik, kemudian kita lihat kemasnya, dan guanakan istilah :
§  Homoblastik, apabila terdiri atas satu jenis tekstur.
§  Heteroblastik, apabila lebih dari satu jenis tekstur.
c.       Tekstur nonfoliasi ditunjukan dengan kenampakan tidak berlampis atau berlembar. Adapun struktur yang biasa terdapat pada batuan metamorf nonfoliasi ini adalah ;
a.       Granulose, apabila tersusun atas mineral yang berukuran relatif sama.
b.      Hornfelsic, apabial sebagian besar terdiri atas mineral tanpa persejajaran mineral pipih.
c.       Milonic, apabila sturktur yang terjadi berupa metamorfosa kataklastik, yaitu sifat tergerus, berupa lembar atau bidang yang yang disebut jalur minolit.
d.      Breksi kataklastik, apabila fragmen-fragmen pembentuk ( butiran ) terdiri atas mineral yang sama dengan matrik dan semennya, dan biasanya menunjukan orientasi arah.
Derajar
metamorfosis
Mineral khas
Rendah ( Low grade Metamorphism )
Klorit, Biotit
Menengah (Medium Grade Metamorphisme)
Kianit, Almandit
Tinggi (High Grade Metamorrphism)
Silimanit

Zona Derajat Metamorfisma
Mineral-Mineral Pembentuk Batuan Metamorf
            Jika batuan asal diberikan perubahan tekanan dan temperatur yang tinggi, maka pada kondisi tersebut batuan akan melakukan penyesuaian setelah batas kestabilannya

ü  Batuan sendimen
            Batuan sendimen yaitu batuan yeng terbentuk dalam suatu siklus sendimentasi (pelapukan-transprotasi-sendimentasi-diagenesa).
- Komposisi Batuan sendimen
Mineral-mineral dalam batuan sendimen
Ø  Mineral Autigenic
- Terbentuk didaerah sendimentasi dan langsung diendapkan
Contoh : gypsum, kalsit, anhidrit, aksida besi, halit, glaukonit.
Ø  Mineral Allogenik
- Terbentuk diluar diluar daerah sendimentasi
- Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan didaerah sendimentasi.
- Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tertranportasi
  Sampai pengendapan.
- Klasifikasi batuan sendimen
Pembagian batuan sendimen berdasarkan tekstur :
Ø  Batuan sendimen bertekstur klastik
Ø  Batuan sendimen non klastik ( kristallin )
            - Batuan sendimen non klastik ( kristalin )
Ø  Umumnya terdiri dari mineral autigenik
Ø  Pada P dan T tertentu sering kali memperlihatkan gejala diagenesa,akibatya porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.
Ø  Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh : batu gamping).
Ø  Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon dan opal)sebagai semen.

            - Pengaruh diagenesa pada batuan sedimen non klastik (kristalin)
 - Butiran/Kristal yang mula-mula kecil akibat diagenesa akan menjadi besar sehingga porositas mengecil.
- Terjadi rekristalisasi
- Tidak ada perubahan mineral
- Bila ada replacement/penggantian, umumnya memperkecil besar butir (menjadi lebih halus dari semula).
- Pelarutan akan menyebabkan porositas bertambah, terjadi tekstur stylolitik (batas-batas mineral sangat bergerigi tidak beraturan).

            - Besar butiran/Kristal batuan sedimen non klastik (Kristal)
- > 5mm                       : kasar
- 1mm – 5mm              : sedang
- < 1mm                       :halus
- Mikrokristalin           : butiran sangat halus sehingga sulit di bedakan satu dengan lainnya.
- Afanitik                    :butiran Kristal tidak dapat di bedakan satu sama lainnya.

Ø  Macam batuan sendimen non klastik :
1.   Sendimentasi organis : batubara, batu gamping terumbu, batu gamping bioklastik, radiolarian, diatomae.
2.   Sendimentasi kimiawi : batu gamping kristalin, dolomite, batu gamping oolit, gips, anhidrit, napal, flint, chert, fosforit.

Ø  Batuan sedimen bertekstur klastik
Tekstur yang harus di perhatikan dalam batuan Besar butir (grain size) : unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat enersi pada saat transportasi dan pengendapan.
-          Butiran dapat dibagi menjadi fragmen, matrik, dan semen. Dalam batuan sedimen klastik ketiganya tidak harus selalu ada.
1.      Fragmen : butiran klastik ( yang tertransport ) disebut sebagai fragmen.
2.      Masa dasar ( matrik ) : lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
3.      Semen ( cement ) : berukuran halus, mengikat butiran/fragmen, dan matriks, terbentuk sebagian komponen autigenik selama proses siagenesa.
ü  Pemilahan/sorting : derajat kesamaan atau keseragaman antar butir.
ü  Kebundaran/roundness : menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.
-          Merupakan sifat permukaan dari butiran.
-          Disebabkan oleh transport terhadap butiran.
ü  Fabric : merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan kemas ( packing ), secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan.

Translate